Monday, August 15, 2016

Figuring out the new clingy-me.



Hello Cyber-peeps. How you doing?


It's August 15th 2016 today. 
Hari ini hari kemerdekaan India,
H-2 Hari kemerdekaan Indonesia,
H+2 ditinggalin Zaldi pergi naik gunung,
and exactly 3 weeks before I am literally going 22.
anyway,
gue pengen nge-question out sisi manja gue yang practically has just figured out.
Thus, I'm gonna questioning:
"WHY?"
"HOW?"
"WHEN?"

Why, kenapa baru muncul? kenapa baru dateng? where has it fricking been?
How, gimana munculnya? gimana kerasanya?
When, kapan munculnya?

Ya, rasanya aneh. Sangat aneh. Rasanya seperti menemukan ruang baru di dalam 'aku', yang bahkan aku sendiri belum pernah menyinggahi. 
Then true, that knowing and understanding yourself is not as simple as doing personality test, till you got an 'ENTJ' or 'INFJ' or 'ISTP' and so on. 
Selama ini yang gue tau, Atika itu strong-willed, yet sometimes stubborn, a bit idealist, critical thinker, yet ain't a doer-kind-of-person, brave and a bit emotionless. But, as time goes by, I found other adjectives that may fill the still-blank-Atika.

I knew that I was a coldhearted badass, and now I am trying to be less-badass by using my sense while living. Meaning, that now I'm pretty sure that I sense (or maybe tryna sense) everything from multiple sides of view. If it comes from my only side of view, then I will leave it 'untouched' or (maybe) remaining 'unfinished'.
well, bukan berarti gue se-coldhearted itu, tapi gue bukan orang yang suka bertele-tele dalam menyikapi sesuatu, apalagi masalah. Tambah lagi masalah orang lain, gue bakal se 'yaudahlah' itu sama masalah-masalah yang menurut gue bisa teratasi without me involving in. Gue bukan orang yang bersahabat dengan masalah. Once the problem comes, I will just encounter it as soon as possible then leave. And that's why gue pengen nyoba mainin sense buat ngadepin orang, ngadepin masalah, biar hidup terasa lebih hidup. Alright, make sense!

Now I know that being a critical-thinker won't be enough without executing a tangible work. Nah gue belajar banyak dari organisasi-organisasi eksternal kampus. Gue ngerasa fulfilled banget sama temen-temen EB (Executive Board) AIESEC in Unlam. They are unique as fvck! Ada yang strict sama deadline jadi kerjaannya pumping out our adrenaline, ada yang kerjaannya ngitungin duit sama monthly reserve, ada yang kerjanya mepet-mepet deadline, ada yang perasaannya kaya kapas, ada yang kaya malaikat bantuin sana-sini, sama ada yang kerjanya letoy indehoy asoy tapi kelar. Anying emang. Gue belajar banyak dari personalities mereka each yang mereka bawa ke dunia keprofesionalitasan kerja, sampe gue sadar kalo punya pemikiran kritis bisa mebangun ideologi, tapi hanya akan menjadi sebatas ideologi tanpa kerja nyata!

I knew I was a perceiver-kinda-little-girl, until I realized that in life, perceiving is never enough. We need to take action to create movements. Anjay markojay! 
Tapi bener, woy. kayak kalo perceive doang mah ya gitu-gitu aja, ga bakal gerak kalo gaada yang ngegerakin. Thus, I'd rather choose to take action (even the simplest one) just to move something static. Chaqeuuuup! hehe
Hmm, apa ya misalnya. Kaya dulu, gue seneng liat orang-orang hebat kaya Najwa Shihab, dr. Lula Kamal, Anggun C. Sasmi, Gayatri Wailisa, Ary Ginanjar Agustian, dr. Tompi, Lilyana Natsir, banyak deh. Dulu gue seneng liat, sampe akhirnya gue coba pelajarin biografinya (biar ga semuanya) sampe akhirnya timbul rasa 'pengen'. By then, 'perceive' is added by curiosity and willingness to take simple actions. 

* Dulu yang gue tau, Atika was beyond independent
Bahkan saking independent nya, gue apa-apa bisa sendiri, and tend to ignore inefficient-peoples' help.
But now, reflecting back to the very first point I was writing above, I keep questioning why, how and when did the dependent-me come?
well, maybe not a proper dependent, yet more likely to be "Clingy" or emotionally dependent. 
To be honest, this is the most shocking thing to be figured out btw, hehe. Gue seWAW itu dong kalo ternyata gue juga bisa clingy alias manja. 
Kalo sekarang pertanyaannya kenapa, gue gatau lah kenapa bisa manja
then kalo gimana, gue juga gatau gimana sampe akhirnya gue bisa manja
dan kalo kapan, gue gatau kapan gue mulai manja.

Tapi mungkin, Zaldi takes part in this. 
Sorry kalo konten postingan blog gue masih related to the last one, ga jauh-jauh dari pure happiness and so on. Tapi makin ke sini gue makin ngerti kalo simplicity for a pure happiness that is created by our lover is BEYOND VALUABLE!

Zaldi sesimpel itu, even simpler than any simple present tense. Hasemeleh. Apaan sih tik?! hehehehehe
anyway, kenapa gue bilang dia kaya takes part in this? karena sekarang gue sadar kalo to be in a relationship, meaning that you collaborate two people, two hearts, two minds with thousands thoughts inside. Bener kan?
So then gue tend to bikin irisan diantara lingkaran gue dan cowo gue. Irisan itu apa aja yang bisa nyatuin kita, bisa feeling (indeeeeeeed), bisa kesukaan, bisa emotions, bisa kebiasaan yang sama, bisa apa aja pokoknya yang nantinya bisa nyatuin lingkaran gue dan cowo gue. 

Buat gue, cowo gue heroic beyond his simplicity. Bisa diandelin banget, understand my needs and wills, sweet dengan takaran yang pas, tereceh sepanjang masa, dan yang pasti multiroles. Okay, ngomongin multiroles, dia bisa jadi siapa aja dan apa aja in everytime I want him to. Kayak dia bisa jadi supportive-secret admirer gue saat gue harus away bersibuk-sibuk ria. Dia bisa jadi supportive-best friend di kampus saat gue butuh temen dari segala temen. Dia juga bisa jadi powerful-savior-and guider yang bisa ngejagain dan ngasih gue guidance. Dia juga bisa jadi anxious-healer saat gue panik gedugupan mulai meledak-ledak karena sesuatu. Dia juga bisa jadi soul-relaxer saat gue butuh sentuhan spiritual, and surely his shoulder and he himself can be the most comfortable place for me to rely on, to be clingy to. Se enak itu buat senderan sambil merem-melekin mata karena semriwing nya angin, buat berkeluh kesah, buat cerita ina itu, buat dihasemeleh gemesin, buat manja-manjaaan. 
Bahkan tanpa harus diperjelaspun, dia salah satu tempat ternyaman buat gelendotan. Tsyaqeuuup!
Jadi, back to clingy, gue seneng dia bisa bantuin gue nemuin sisi clingy alias manja gue. Karena dengan gue berhasil nemuin sisi itu di gue, gue bisa lebih tau rasanya membutuhkan dan dibutuhkan, memberi dan diberi, mengandalkan dan diandalkan, mengusahakan dan diusahakan, mengerti dan dimengerti, menyayangi dan disayangi. 
lagi-lagi, gue ngerasa fulfilled, yes emotionally fulfilled!


Anyway, cerita sedikit tentang clingy-me baru-baru aja. Cowo gue secinta itu sama alam, sama gunung, sama pantai, sama hutan, sama tebing, sama apa lah itu yang berbau alam. iya gapapa, iya :)
Kebetulan gue sama dia orangnya lumayan sama-sama  mobile. Gue mobile urusan organisasi yang pindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dan dia mobile dengan urusan mendaki gunung, jaga medis sana-sini, dll. So, sebenernya sama aja. Tapi masalahnya, setiap kali dia pergi dia unreachable gara-gara simply gaada sinyal di hutan syubidusyupapaw. Huffffty dufffty.
Hari ini hari ke-2 dia cabut buat pendakian merah putih (katanya jaga medis acara mapala fakultas lain) buat 4 hari ke depan. Ga biasanya gue se pengen tau itu dia kemana ngapain apalagi sampe mewek hasemeleh. Tapi itu lagi, karena gue nemuin clingy-me kalo lagi bareng dia, dan gue (tryna) lebih sensing, gue sering mewek kalo ditinggal. Yakali semalem gue mewek gara-gara ditinggal naek gunung, baru juga sehari. Tapi rasanya jauuuuuuuuh banget, mood ga ke boosted, males ngapa-ngapain, bawaannya nunggu kabar udah sampe mana doang. 
yha, that is just me being fricking clingy. Yash, emotionally dependent.

Take care, sweetypie. XOXO

Love,

Your clingy-Atika

No comments: